Saya memang senang untuk mencoba maskapai penerbangan dan saya beranggapan bahwa MH harusnya setara dengan Garuda Indonesia karena merupakan pesawat milik pemerintah Malaysia, dan kebetulan harga tiket menurut saya tidak mahal, akhirnya kami memutuskan membeli tiket tersebut.
Berikut ittin tiket saat saya melakukan reservasi.
Setelah melakukan segala persiapan, reservasi hotel, kendaraan, dan lain-lain, dan tinggal menunggu waktu tidak sampai 1 minggu untuk berangkat, saya tiba-tiba mendapat email dari traveloka bahwa jadwal keberangkatan saya berubah.
Saya menerima email tanggal 4 Jan 2016 dengan informasi sbb :
Saya coba menghubungi nomor yang tertera di email.
Bukannya tenang, saya malah makin kaget karena salah sambung. Saya tanya apakah ini Call center MH ?dan orang yang mengangkat telfon menjawab bukan, dan saya lalu bilang maaf dan saya tutup. Saya pikir saya salah memencet nomor telepon.
Saya pastikan lagi nomor teleponnya dan saya telfon kembali. Suara orang yang mengangkat telepon masih sama. Begini percakapannya saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Saya : Apakah ini call center dari MH ?
P : Mau mencari siapa?
Saya : Saya mencari customer service dari MH
P : Namanya siapa ?
Saya : (bengong) mana saya tau namanya siapa.
P : #$%^%$&
Orang yang mengangkat telepon tersebut sepertinya marah dan saya tutup teleponnya.
Sebelumnya sekitar tanggal 30/31 Des 2015, saya sempat berusaha menghubungi call center MH yang berlokasi di Jakarta untuk request makanan vegetarian, namun hanya terhubungan dengan operator telepon hingga 30 menit lalu telepon saya tutup.
Akhirnya saya cari nomor telepon call center dari website resminya. Dan horayy berhasil. Saya mengajukan komplain dan meminta ada kompensasi hotel untuk menginap. Jadwal penerbangan Jakt- KL saya yang semula di cancel dan supaya saya tetap dapat berangkat ke taipei sesuai jadwal, saya harus berangkat hari sebelumnya, yakni hari kerja. Pembatalan jadwal ini sepertinya karena jumlah penumpang yang sedikit, sangat tidak profesional. CS yang menerima telepon mengaku sudah membuatkan request dan saya harus menghubungi CS lagi H+1 untuk konfirmasi hasilnya.
Keesokan harinya saya menghubungi Call center MH lagi, namun sepertinya sedang ada problem di MH sehingga telepon yang masuk ke Call centernya sangat banyak, jadi telepon saya hanya dialihkan ke mesin. Saya sudah mencoba belasan kali, dari pagi hingga malam hari tapi tetap tidak bisa masuk.
Stres banget, ini mau pergi jalan-jalan kok malah di repotin hal kaya gini sih.
Keesokan harinya lagi (Tanggal 7 Jan 2016) saya mencoba menelpon kembali, dan baru tersambung di siang hari. CS yang menerima telepon sangat ramah, namanya Rose. Saya menanyakan perihal keluhan yang sudah saya sampaikan. Beliau menjawab bahwa request hotel saya belum ada jawaban konfirmasinya. Saya minta tolong dia untuk memastikan saat itu juga karena saya tidak punya waktu untuk menunggu lagi. Akhirnya setelah menunggu CS tersebut mengkonfirmasi, beliau menginformasikan bahwa saya mendapat hotel yakni di Hotel Empress Sepang. Saya juga melakukan request untuk makanan vegetarian selama di penerbangan. Sedikit lega, walau masih kacau rasanya.
Berikut konfirmasi nya
Karena masih ada pekerjaan di hari itu (tanggal 8 Jan 2016), maka saya tetap masuk kerja dan izin pulang sekitar jam 3 sore. Saat saya akan turun lift di kantor tiba-tiba ada telepon masuk lagi, dan mengaku dari MH Jakarta, tapi saya lupa nama orangnya.
Dia menginformasikan kalau penerbangan saya dipindah. Saya kaget. Penerbangan mana lagi yang dipindah. Nada bicara saya jadi tinggi. Ternyata yang dimaksud adalah penerbangan Jakt-KL yang saya sudah tau sebelumnnya.
Lalu saya bilang, kalau mau kasih informasi juga bukan sekarang kali, saya udah keburu ketinggalan pesawat. Dan saya tanya, kenapa saya telepon ke kantor MH di Jakarta tidak pernah tersambung, lalu katanya sedang pindah kantor. OMG. Bikin naik darah aja karena ada info dari teman pernah ada kendala dengan MH dan saat itu MH juga sedang pindah kantor.
Okay begitu sampai di Bandara, proses drop bagasi normal, namun pesawat delay 25 menit.
Saat pembagian makanan di pesawat, kami diberi makanan bukan vegetarian. Saya bilang saya sudah request makanan vegetarian. Lalu pramugara meminta boarding pass saya, dan mengatakan tidak ada tanda vegetarian di boarding pass saya. Saya bilang, saya sudah melakukan request dan sudah mendapat konfirmasi emailnya. Namun tentu saja saya tidak bisa mengakses email di dalam pesawat. Layanan dari parmugara sangat kasar, tidak ada senyum, dan tidak berempati sama sekali. What a bad experience.
Tapi kesialan saya tidak sampai disitu. Menurut informasi dari CS MH, saya hanya tinggal mendatangi transfer desk dan mengambil voucher hotel.
Saat saya tiba di transfer desk, tidak ada satu orang pun disana. Cobaan apalagi ini. Saya akhirnya menghampiri CS bandara, dan menanyakan dimana saya bisa menemui petugas MH dan saya juga menceritakan masalah saya. Akhirnya petugas memberi petunjuk tempat saya bisa menemui petugas yakni di loket check in keberangkatan. Saya harus keluar imigrasi terlebih dahulu.
Akhirnya setelah muter-muter dengan perasaan galau, ketemu juga petugas MH. Lalu saya sampaikan kebutuhan saya. Mau tau respon mereka ?cuma jawab “Oh”, tengok kanan kiri, muka datar, nggak ada empati, enggak ada senyum. Dan ternyata ada 1 orang lagi yang nasibnya sama dengan saya. Voucher hotel yang diinfokan akan diberikan kepada saya ternyata hanya tinggal satu, akhirnya voucher itu digunakan bersama. Begini kualitas layanan Malaysia Airlines. Bukan pesawat budget.
Cerita selanjutnya normal, saya diantar ke hotel untuk istirahat dan keesokan paginya dijemput kembali dan diantar ke bandara. Kualitas hotel yah okelah, nggak bagus banget tapi juga nggak jelek.
Layanan pramugari saat di penerbangan KL- Taipei juga ramah. Mungkin karena penumpangnya hanya sedikit, mungkin sekitar 20 orang.
Begini jadwal semulanya.
Tapi ternyata saya masih kurang beruntung, begini email yang saya terima dari traveloka.
Saya minta bantuan teman yang di Indonesia untuk menghubungi Dimas, petugas MH yang sempat menghubungi saya. Dan akhirnya Dimas memberikan nomor WA nya agar saya dapat lebih mudah berkomunikasi.
Saya bilang ke Dimas kalau saya tidak mau digeser jadwalnya, mohon ada kompensasi diganti dengan penerbangan pesawat lain atau bagaimanalah caranya.
Dimas membantu saya untuk mengajukan kompensasi, namun ternyata hasilnya tetap tidak bisa. Saya harus menginap di Kuala Lumpur. Saya harus menghubungi transfer desk lagi begitu saya tiba di Kuala Lumpur.
Saat akan melakukan cek in dan drop bagage di bandara Taiwan, antrian cek in sudah sangat panjang untuk konter MH. Memang jam mulai cek in adalah jam 1, dan waktu saat itu belum meunjukkan pukul 1. Tapi antrian sudah sangat parah panjangnya. Petugas masih dengan santai melakukan briefing sebelum mulai bekerja, dan tidak ada empati kepada penumpang yang sudah mengantri lama.
Saat tiba di Kuala Lumpur, saya buru-buru ke transfer desk, berdoa semoga masih ada orang yang jaga, dan tadaa ternyata ada.
Saya lalu menginformasikan kebutuhan saya,walau tidak maksimal kualitas layanan yang diberikan, saya anggap oke lah. Saya diberi voucher untuk menginap di Sama-Sama Express dan voucher makan malam untuk 2 orang, masing-masing bernilai 20MYR dan berlaku di beberapa restoran. Petugas yang melayani memberitahukan bahwa voucher untuk sarapan dapat diambil besok di transfer desk bandara.
Saya lalu naik kereta dalam bandara menuju Sama-Sama Express untuk menaruh barang, dan kemudian makan malam. Voucher makan 20MYR sebenernya kurang untuk harga makanan di bandara, untung saya masih punya uang ringgit, jadi tidak ada kendala untuk makan. Lalu setelah itu langsung kembali ke hotel dan istirahat.
Keesokan paginya saya check out sekitar jam 6 pagi, lalu berjalan menuju transfer desk untuk mengambil voucher sarapan. Tapi ya standarnya MH, memang ga terbiasa memberikan layanan yang baik, saya harus kesel dulu baru bisa diproses. Saya harus menginformasikan lagi kenapa saya sampai harus menginap dan berhak mendapat voucher sarapan. Akhirnya setelah menunggu lama dan sudah mau berjalan ke boarding gate, saat saya berjalan ke loket transfer desk untuk memberitahukan sudah tidak perlu diproses lagi, petugas malah selesai menyiapkan voucher sarapan. Akhirnya saya membeli roti dengan voucher tersebut, lalu membawanya ke boarding gate.
Pesawat saya pagi itu ontime, layanan pramugari juga standar.
Begitulah kisah tragis saya bersama Malaysia Airlines, pesawat pemerintah Malaysia. Mulai sekarang saya akan menghindari Malaysia Airlines, bahkan untuk penerbangan singkat. Masih banyak Maskapai lain dengan harga sama tapi pelayanan yang luar biasa.
Be Smart.
Lynn.